Tadi saya terima telpon dari nomor tak dikenal yang kode wilayahnya Jakarta. Seperti kebiasaan saya klo mendapat telpon dari nomor yang tidak dikenal, saya terima tapi tanpa bicara. Tips ini saya dapatkan dari teman SMA saya, dia cerita klo dia di telpon orang tak dikenal atau orang yang dia ga mw bicara dengannya, dia tetap 'mengangkat' telponnya tanpa suara, jadi orang yang telpon nun jauh disana bingung nada sambung dah berhenti tapi qo ga ada suara. Dan teman saya biasanya mengejutkan si penelpon dengan bilang.."hayoo..dah masuk pulsa tw", baru ditutupnya. hehehe..jail juga ya..Walau saya memakai tipsnya, tapi saya tidak pake kejailannya. Sikap saya selanjutnya tergantung yang nelpon. Kalau dia bilang "halo" duluan, n terdengar suara wanita ya saya ladeni, klo suaranya laki-laki yang tidak dikenal saya taruh ja tu HP di meja sampe mati sendiri. Dan ternyata yang nelpon saya tadi tu wanita, dengan sikap biasa saya meladeni pembicaraannya.
Dia mengawali pembicaraannya dengan menanyakan apakah benar saya memegang kartu VISA. Jujur aja saya bilang, ya saya punya VISA (yang gabung sama kartu ATM Mandiri). Setelah itu dia mulai menjelaskan maksud dan tujuannya menelpon saya, yaitu untuk mempromosikan program kesehatan perusahaan asuransinya. Dari temanya saja saya sudah malas mendengarkannya, tapi demi menjaga sopan santun saya dengarkan juga penjelasannya dengan terkantuk-kantuk. Ga semua yang dia ucapkan saya dengar dengan jelas cz telinga saya tertutupi dua lapis kain, tapi saya meng"oh, begitu"kan aja, hehe..
Setelah dia merasa cukup memberikan penjelasan, akhirnya memberikan kesempatan saya berbicara n bertanya. Dengan halus saya menolak penawarannya, tapi dia tidak menyerah dia menanyakan alasannya kenapa saya menolak (sekalinya dia udah nyiapkan senjata untuk
Dia mengawali pembicaraannya dengan menanyakan apakah benar saya memegang kartu VISA. Jujur aja saya bilang, ya saya punya VISA (yang gabung sama kartu ATM Mandiri). Setelah itu dia mulai menjelaskan maksud dan tujuannya menelpon saya, yaitu untuk mempromosikan program kesehatan perusahaan asuransinya. Dari temanya saja saya sudah malas mendengarkannya, tapi demi menjaga sopan santun saya dengarkan juga penjelasannya dengan terkantuk-kantuk. Ga semua yang dia ucapkan saya dengar dengan jelas cz telinga saya tertutupi dua lapis kain, tapi saya meng"oh, begitu"kan aja, hehe..
Setelah dia merasa cukup memberikan penjelasan, akhirnya memberikan kesempatan saya berbicara n bertanya. Dengan halus saya menolak penawarannya, tapi dia tidak menyerah dia menanyakan alasannya kenapa saya menolak (sekalinya dia udah nyiapkan senjata untuk